29.5.10

Journalists

VERONICA GUERIN

Sebagaimana yang telah gue janjikan lewat Twitter, maka postingan kali ini akan berkisah tentang dua review film yang baru saja gue tonton. Bukan film baru, melainkan film lama. Temanya hampir sama yaitu dunia jurnalistik, yang pertama adalah Veronica Guerin dan yang kedua adalah Shattered Glass. Kedua film ini merupakan rekomendasi dari dosen Pengantar Ilmu Jurnalistik.

Dua gambar di pojok bawah, merupakan Cate Blanchett dan Veronica Guerin asli.


Veronica Guerin
merupakan kisah tentang seorang jurnalis perempuan dengan nama yang sama seperti judul filmnya. Diangkat dari kisah nyata dan diperankan kembali oleh aktris kenamaan Cate Blanchett, pada tahun produksi 2003. Veronica Guerin sendiri bekerja di Sunday Independent sebagai wartawan kriminal. Sampai akhirnya, dia memutuskan untuk memberitakan tentang perdagangan narkoba di Dublin. Di film ini, kita bisa ikut melihat betapa mirisnya perdagangan narkoba di sana yang bahkan mempengaruhi anak kecil dan remaja. Digambarkan juga bagaimana perjuangan Veronica Guerin untuk bisa mencari tahu perdagangan narkoba ini. Ancaman demi ancaman turut hadir di kehidupannya, baik suami hingga anaknya. Meskipun demikian, perjuangannya tetap berlangsung. Sampai pada akhir cerita, Veronica Guerin yang tengah berada dalam perjalanan mati tertembak oleh dua kawanan motor. Sejak saat itu, pemerintah Irlandia mulai menegaskan regulasi tentang pelarangan memakai dan mengedarkan narkoba.

SHATTERED GLASS (2003)

Sama halnya dengan film pertama, film ini juga menceritakan kisahnya seorang wartawan The New Republic yaitu Stephen Glass. Ya, di film inilah kita bisa melihat akting Hayden Christensen sebagai Stephen Glass yang pintar dan populer. Tidak hanya itu, ada pemain lain yang namanya sudah cukup dikenal seperti Chloe Sevigny (Caitlin), Peter Saarsgard (Chuck), atau Hank Azaria (Michael Kelly).

Film ini akan membawa kita kepada briliannya seorang Stephen Glass sebagai seorang wartawan. Ia adalah wartawan sekaligus mahasiswa yang sedang kuliah di jurusan hukum. Setiap kali rapat redaksi dirinya selalu memiliki topik menarik untuk dijadikan artikel, rekan lainnya seperti Caitlin dan bahkan sang editor, Michael Kelly terkesima dengan idenya. Dikarenakan adanya permasalahan internal antar pimpinan The New Republic dan sang editor, maka Mike (Michael Kelly) dipecat dari majalah tersebut. Penggantinya adalah rekannya sendiri yaitu Chuck. Chuck tidak memiliki simpatisan yang besar layaknya Mike. Para wartawan sendiri kurang menyukai terpilihnya Chuck sebagai editor, begitu juga Stephen. Sampai suatu hari, Stephen membuat artikel berjudul Hack Heaven, yaitu konferensi para hacker.

Dua gambar terakhir di pojok bawah, merupakan Hayden Christensen dan Stephen Glass asli

Tulisannya ini membuat media massa lain tertarik, salah satunya adalah Forbes Digital. Editor Forbes Digital bahkan kecewa akan wartawannya yaitu Penenberg karena tidak bisa meliput hal yang sama. Penenberg akhirnya berusaha mencari tahu data dari konferensi hacker ini, mulai dari software hingga orang-orang yang menjadi narasumber dalam artikel tersebut. Namun tidak satupun data artikel yang dapat ditemukan. Melihat hal ini, Forbes Digital menghubungi Chuck agar Stephen dapat memberikan data-data dari narasumber yang ada dalam artikel miliknya. Pada saat menonton film ini, penonton pasti akan sangat berharap pada Stephen untuk bisa membuktikan kebenaran artikelnya. Kembali kepada cerita film ini, akhirnya Chuck mengajak Stephen mereka ulang peristiwa saat Stephen meliput konferensi tersebut. Lagi-lagi nihil. Stephen yang mengatakan bahwa konferensi digelar pada hari Minggu ternyata berbohong karena gedung tersebut bahkan tidak dibuka pada hari Minggu. Akhirnya Stephen mengaku bahwa dia tidak hadir di dalamnya dan ia hanya menambahkan kata-kata yang membuatnya seolah hadir agar menarik. Lebih dari itu, ia mengatakan semua narasumber berupa nama-nama adalah benar. Atas perbuatannya, ia akhirnya mendapat skorsing.

Tidak selesai sampai di sana. Chuck masih terus menelusuri kebenaran artikel Hack Heaven. Setelah melakukan investigasi yang cukup panjang. Chuck barulah menyadari apa yang selama ini Stephen perbuat. Di akhir cerita, dipaparkan bagaiman kisah mereka selanjutnya. Penenberg mendapat penghargaan sebagai wartawan internet yang berjasa. Chuck juga mendapat penghargaan karena telah mengungkap kasus ini. Sedangkan, Stephen Glass yang kini tinggal di New York ternyata telah mereka-reka 27 artikel dari 41 artikel yang pernah ia tulis. Ia mengarangnya agar bisa mendapat karir yang bagus. Setelah lulus dari sekolah hukum, ia membuat novel berjudul Fabulist, yang bercerita tentang wartawan yang ambisius untuk menjadi terkenal dan menggapai karirnya.

Sebagai penonton awam yang tidak tahu banyak tentang perfilman. Gue sangat menyukai film ini, bagaimana sutradara menggambarkan kehebatan Stephen Glass melalui alur maju dan mundurnya. Bagaimana penonton seperti gue akan mudah terbawa dengan seorang Stephen Glass dan akhirnya harus kecewa dengannya.

Yang ingin gue sampaikan di sini adalah bagaimana perjuangan dari seorang jurnalis, apapun itu. Jika di film pertama, kita akan melihat susahnya seorang jurnalis membawa kebenaran kepada publik. Di film kedua, kita justru melihat rasa tanggung jawab yang ada pada jurnalis yang berhasil disia-siakan. Menjadi jurnalis bukanlah hal yang mudah (berdasarkan film kedua, digambarkan pula proses editing yang cukup panjang dalam sebuah majalah, proses revisi dan sebgainya). Satu hal yang perlu dikedepankan dalam menulis adalah adanya data dan fakta. Tidak perlu mejadi aktual atau berbeda, jika tidak faktual. Agree?

Fanny :)

1 comment:

  1. A good recommendation for a communication students. Danke, Fanny!

    ReplyDelete