Bukan. Bukan Bali, Lombok, atau daerah manapun yang ada di sekitarnya. Ya, inilah bagian ujung timur dari Nusa Tenggara Barat. Persisnya kota Bima. Bima adalah salah satu kota yang terletak di NTB, yang merupakan tanah kelahiran papa. Bersyukurlah gue bisa kembali lagi ke kota ini, setelah penantian tiga tahun lamanya (terakhir kalinya di 2007 dan kini 2010). Kalau mungkin kalian sering ke Bali atau Lombok, sekarang ga ada salahnya untuk coba sesekali bertandang ke Bima. Waktu yang perlu ditempuh hanya satu jam dari Bali, jika melewati jalan udara dan langsung menuju bandar udara di Bima. Dekat bukan? Nah, ini dia deskripsinya.
Dari bandar udara, kita akan disambut dengan angin dan cuaca yang cukup panas. Panasnya akan sepadan setelah keluar dari bandara dan bergerak ke dalam kota Bima. Perjalanan menuju kota ini sendiri akan ditemani dengan laut. Yang bisa disaksikan dari laut ini adalah gunung-gunung yang ada di seberangnya, perahu-perahu, serta gubuk-gubuk kecil yang biasa digunakan untuk berkunjung.
Tiga gambar di atas ini diambil di Laut Kalaki, letaknya tidak jauh dari bandara. Selain di Bima itu sendiri, masih banyak tempat lain yang bisa dikunjungi seperti Sape, Pulau Ular, dan lainnya. Menariknya, tempat ini bisa dibilang masih asri, beberapa diantaranya tidak dibangun untuk menarik wisatawan asing. Hampir semua pengunjung laut ini adalah penduduk lokal. Kekhasan lain dari kota ini adalah songketnya yang cantik dan makanan khasnya. Letaknya yang dikelilingi laut, tentu membuat Bima kaya akan hasil lautnya. Jadi, tidak heran jika Anda akan selalu menemukan berbagai jenis makanan laut yang diolah dengan sangat enak pastinya. Ada satu restoran yang sangat direkomendasikan yaitu Rumah Makan Doro Belo. Tidak hanya memanjakan lidah kita dengan keanekaragaman makanan lautnya, tetapi ia juga akan memanjakan mata kita dengan pemandangan yang indah dari atas menuju ke laut dan tambak. Berikut adalah fotonya :
Dikarenakan baterai Nikon yang hampir mati, jadilah dokumentasi makanannya tidak berhasil diambil. Tapi, ada sedikit oleh-oleh makanan kecil dari Bima yang bisa menggantikannya. Ketiganya ini adalah makanan khas dari Bima, sayangnya hanya ada satu nama yang gue ingat dari ketiganya yaitu Kahangga (paling bawah).
Tidak enak rasanya kalau postingan ini tidak jujur karena hanya memuji-muji kota ini. Paling tidak sisi negatif ini bisa jadi wacana untuk pemkotnya agar bisa membangun kota ini jadi lebih baik. Salah satunya adalah masalah debu. Bima memang tidak berpolusi seperti Jakarta, tapi debunya hampir bisa menyamai ibukota. Meskipun hanya kota kecil, tetapi debunya cukup banyak, entah dari mana asalnya. Selain itu, ada baiknya keasrian di pinggir laut tetapi dijaga oleh penduduk lokal. Dengan demikian, orang tidak akan ragu lagi untuk mengunjunginya.
Semoga postingan ini cukup menggiurkan, walaupun fotonya terlalu sedikit untuk membuat kalian tergiur. Selamat menjamah yang belum terjamah !
Fanny :)
No comments:
Post a Comment