Postingan ketiga tentang Mbak Asih dan Mbak Mul. Dua asisten rumah tangga yang paling setia dan gak ada duanya. Mbak Asih, udah ngasuh gue sejak umur tiga tahun terus dalam beberapa tahun berikutnya gue diasuh sama Mbak Ul (kakaknya). Mbak Ul menikah dan gak balik lagi, tapi Mbak Asih stay dengan ditemani sama si adik yang punya nama hampir mirip yaitu Mbak Mul. Hihi, seru ya? Semacam regenerasi gitu kerjanya. Well, as I've posted before that they didn't work in my house anymore due to the wedding plan.
Tiga bulan mereka pergi, tapi kabar seputar pernikahan Mbak Asih justru baru didapat pas nyokap ulang tahun (5 Februari) lewat percakapan telepon. Ternyata Mbak Asih gak cuma mengucapkan selamat ulang tahun, tapi sekaligus minta restu dan undang kami sekeluarga ke pernikahannya dia di Tegal, tanggal 25 Februari, yang mana satu hari setelah dirinya ulang tahun. Ada satu line yang bikin nyes saat diceritain nyokap seputar percakapannya dengan Mbak Asih. Mbak Asih ngomong gini,
"Maaf ya, Bu (nyokap gue). Biasanya kalo ulang tahun ada yang bikinin nasi kuning."
Bikin gimana gitu dengernya. Well anyway, dari kecil, gue dan keluarga selalu janji bakal ke pernikahan Mbak Asih nantinya dan main ke rumah orangtuanya di Tegal and yes that dream came true just few days ago!
Kami sekeluarga akhirnya pergi ke Tegal dari 24-25 Februari dengan kereta. Iya, kereta. Karena Tegal letaknya di perbatasan, jadi kalau naik pesawat juga sama aja bohong. Singkatnya, besoknya di tanggal 25 Februari, kami ke Desa Bojongsana, Kabupaten Tegal. Pernikahannya di rumah, si pengantin yaitu Mbak Asih keliatan cantik banget dan keliatan kaget dan seneng. Mbak Mul dan Mbak Ul sama orangtuanya juga seneng ketika liat kami datang. And here comes the tears, ketika harus salaman dan bilang selamat ke Mbak Asih. Nangisnya kayak air terjun, gak berhenti. Sebenernya berharap banyak ngobrol sama Mbak Asih, tapi dia sibuk untuk didandani lagi ke rangkaian acara selanjutnya.
FYI, ternyata adat pernikahan di sana cukup panjang, bisa berlangsung sampe tiga hari loh. Dalam sehari aja, pengantin bisa ganti baju sebanyak tiga kali, bahkan siang harinya Mbak Asih dan keluarga akan beriringan naik becak menuju desa suami (wow). Belum lagi besoknya masih ada resepsi lagi. Gue yang awalnya berpikir pernikahannya sederhana, jadi mikir kalo uang yang mereka keluarkan juga banyak.
And here some of the pictures, now let them talk.
Kami pulang sore harinya, setelah dari pernikahan Mbak Asih. Dan lagi-lagi ketika pulang jadi saat-saat yang berat untuk ninggalin Tegal. Harus kembali lagi ke rumah, tanpa Mbak Asih dan Mbak Mul.
No comments:
Post a Comment