Seperti yang pertama kali gue bilang di postingan tahun lalu, kalo gue akan jarang-jarang posting di blog ini. Satu tugas akhir gue sudah selesai, tinggal presentasi dan nilai akhirnya ( straight A+ please ). Dan dua tugas akhir lainnya masih dalam progress. Semakin mendekati deadline tugas akhir dan semakin mendekati uas dan semester 3. Ya. Semester 3 artinya penjurusan atau bahasa Fikom Bandungnya Sub Program Studi. Penjurusan artinya akan terpisah dengan teman-teman sekelas ( ga ada lagi kelas A, B, dan C ), tapi akan dibagi sesuai jurusannya. Pisah sama partner-partner menyenangkan karena beda jurusan. Jurusannya sendiri ada tiga, jurnalistik, humas, dan manajemen komunikasi. Apa pilihan gue? Dengan baca basmallah hati gue sudah cukup nempel sama manajemen komunikasi atau mankom. Kenapa? Ini beberapa alasannya :
1. Pertama kali masuk Fikom, gue berniat mengikuti kakak gue (yang asalnya dari jurusan jurnalistik di universitas swasta Jakarta) dan keinginan besar gue jadi news anchor (yang sampai saat ini juga masih gue pengen). Setelah masuk Fikom dan kuliah, gue mulai yakin kalau gue cuma ikut-ikutan. Kakak gue juga menyarankan ga masuk jurnalistik, terlalu segmented katanya. Terlepas dari benar apa tidaknya opini ini, tapi hal ini cukup membuat gue kembali berpikir. Untuk yang minat ke jurnalistik, fakta yang menyebutkan kalau lulusan jurnalistik itu lama, rasanya tergantung orangnya, kakak gue aja bisa menempuh 3,5 tahun (walaupun di swasta sih, tapi materinya sama berat gue rasa).
2. Lalu terlintas juga akan humas atau public relation. Lagi-lagi atas rekomendasi kakak gue, yang katanya gue cukup punya modal bicara kalau masuk humas. Lagi-lagi, terlepas dari opini ini, gue juga cukup mikir untuk tidak milih jurusan ini. Pertama, jurusan humas dipersiapkan untuk menjadi seorang PRO yang baik, maka secara penampilan seorang calon PRO akan dituntut untuk menjaga kerapihan dan cara berpakaian yang baik. Yang kedua dan cukup membuat hati ini mantap untuk mengatakan tidak adalah fakta bahwa gue bukan tipikal orang yang mempunyai banyak link di luar sana. Bagi gue, modal seorang PRO adalah memiliki banyak link dan mudah bersosialisasi. Soal kemampuan bicara? Dapat dilatih, lagipula semester 1, ada mata kuliah public speaking yang sudah sangat membantu dan memberi banyak pelajaran.
3. Kenapa mankom? Ini saran dari papa. Pertama, mankom kalau di UI baru akan didapat kalau ikut program magister atau S2. Yang berarti dengan mengambil mankom sekarang ini, gue (semoga) dapat berada satu langkah lebih maju. Mankom memperlihatkan sisi fleksibilitasnya, bisa mempelajari jurnal dan humas. Di Fikom Bandung, para pimpinannya berasal dari mankom, yang mana membuat gue cukup senang entah mengapa. Meskipun, prospek kerjanya terlihat abstrak dibandingkan dengan dua jurusan lainnya, tapi minat akan mankom gue malah semakin tumbuh setelah melihat kurikulumnya.
Secara keseluruhan, semua jurusan apapun yang kita pilih itu bagus, asalkan didasari dari hati nurani dan tidak ikut-ikutan. Lagipula, lulusan fakultas ilmu komunikasi itu sangat fleksibel bisa di tempatkan di manapun, tidak terpatok jurusannya, jurusan cuma sebagai penunjang untuk mengasah kemampuan yang ada. Oh ya dan yang penting Fikom Satu, Satu Fikom.
Choose your best,
Fanny :)
No comments:
Post a Comment