Selamat pagi. Aneh rasanya, kali ini gue posting blog pagi-pagi, sungguh kebiasaan yang jarang gue lakukan dalam dunia tulis-menulis-dunia maya-tapi-nyata. Sedikit berbagi kebahagiaan karena pagi ini surat pembaca yang sebenarnya adalah tugas mata kuliah Dasar-dasar Penulisan gue berhasil dimuat di Pikiran Rakyat (15/11). Bagi yang belum sempat beli, ini dia soft copy-nya. Selamat membaca :D
Atasi Masalah PJU di Wastukencana
Minimnya Penerangan Jalan Umum atau PJU di beberapa jalan di wilayah kota Bandung, telah menjadi sorotan sejak lama. Berdasarkan data yang dimiliki Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung, sekitar 40 persen dari sekitar 20.000 titik PJU di kota Bandung dalam kondisi rusak. Salah satu daerah yang perlu mendapat penanganan segera dari pemerintah kota Bandung adalah Jalan Wastukencana, salah satu jalan protokol di kota kembang.
Penerangan jalan di Wastukencana terbilang tidak merata. Berkurangnya penerangan dapat dirasakan sejak pertigaan Wastukencana-Padjadjaran, tepatnya mulai dari patung harimau lambang Batalyon Siliwangi hingga trotoar di sepanjang jalan Wastukencana arah jembatan Cikapundung. Penerangan di sekitar jalan tersebut hanya dibantu oleh lampu lalu lintas, lampu kendaraan bermotor yang melintas, dan lampu rumah-rumah yang ada di sekitarnya. Selanjutnya, masyarakat baru bisa menikmati lampu jalan yang cukup memadai di pertigaan Wastukencana dan RE Martadinata.
Kondisi ini sangat mengkhawatirkan bagi masyarakat, terutama para pejalan kaki yang melintas di malam hari. Karena begitu gelapnya, trotoar di Wastukencana sering kali menjadi tempat singgah bagi tuna wisma dan orang gila. Keberadaan mereka di trotoar ini menimbulkan keresahan bagi saya sebagai seorang pejalan kaki yang sering melewati potongan jalan itu di malam hari. Selain itu, minimnya lampu juga menyebabkan kesulitan bagi para pejalan kaki ketika menyeberang karena sering kali tidak terlihat oleh pengendara kendaraan bermotor yang sedang melaju. Akibatnya, acapkali terjadi kecelakaan lalu lintas antara pengguna jalan dan pengendara kendaraan bermotor yang melaju kencang. Bahkan, kurangnya lampu penerangan jalan juga sering dimanfaatkan oleh para pelaku kejahatan, seperti pencurian dan pelecehan seksual.
Pemerintah kota Bandung seharusnya mengatasi masalah PJU ini, karena menyangkut hak warga masyarakat atas pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah kota. Padahal, pada setiap tagihan listrik masyarakat dibebani komponen biaya penerangan jalan umum. Oleh karena itu, sudah selayaknya masyarakat memperoleh penerangan jalan di malam hari. Apalahi Pemkot Bandung pernah berjanji untuk memanfaatkan lampu bertenaga surya di 62 titik jalan, termasuk Wastukencana. Lalu, ke mana komponen biaya penerangan jalan umum dalam rekening listrik yang dibayar warga setiap bulan?
Tentunya, soft copy ini sedikit berbeda dengan apa yang dimuat di Pikiran Rakyat karena telah mengalami proses editing. Dari judul awal yang gue bikin yaitu Penerangan Jalan Umum (PJU) di Wastukencana yang diubah menjadi Atasi Masalah PJU di Wastukencana.
Meskipun masih berorientasi nilai (karena iming-imingan dosen gue yang menjanjikan nilai A kalau dimuat), tapi rasanya bangga juga bisa melihat nama sendiri di salah satu koran terbesar di Bandung. Apalagi, tepat pagi ini, gue mendapat respon pertama dari pembaca yang sms (fyi, nomor gue dicantumkan di sana), kalau dia setuju dengan apa yang gue utarakan di surat pembaca. Menyenangkan rasanya bisa berdiskusi dengan orang yang tidak gue kenal bahkan ketahui, tapi rasanya seperti dekat.
Dari surat pembaca pertama ini gue jadi membayangkan bagaimana rasanya bokap gue saat menulis pertama kali yang benar-benar dirintis dari bawah, hingga saat ini beliau bisa dibilang cukup sukses dalam bidang politik (baik menjadi peneliti, penulis, dan pembicara). Semoga anaknya bisa menjadi lebih baik dari beliau. Terima kasih Tuhan, Papa, Mama, dan Kakak. Jangan lupa beli Pikiran Rakyat hari ini ya !
Fanny :)
No comments:
Post a Comment