Miris adalah ketika anak-anak SD ditanya mau kuliah atau ga, lalu mereka tunjuk tangan ragu. Beberapa di antaranya bahkan tidak tunjuk tangan.
Itulah gambaran perasaan yang ketika itu gue ketik di twitter seusai mengajar di SDN Jalan Cagak. Seperti yang gue paparkan di cerita sebelumnya, bahwa banyak program yang gue dan teman-teman selenggarakan selama KKN ini, termasuk mengajar. Dengan mengajukan tawaran kepada pihak sekolah, kami akhirnya mendapat izin untuk mengajar di dua Sekolah Dasar dengan jadwal hari dan jam yang berbeda pula.
Kembali ke tweet di atas, saat itu gue baru saja mengajar anak-anak kelas 6 SD. Biasanya gue mengajarkan Bahasa Inggris kepada mereka. Tapi berbeda kali ini. Mengajarkan Bahasa Inggris tentu penting, tapi di sisi lain gue juga ingin tahu lebih dalam tentang impian dan cita-cita mereka dan akhirnya memotivasi mereka untuk mencapai itu semua. Belajar rasanya akan terasa kurang, kalau tidak diiringi motivasi yang kuat dari dirinya sendiri dan lingkungan. Jadi, gue memutuskan untuk mengajak mereka menceritakan cita-cita di selembar kertas dan kemudian membacanya di depan kelas. Sebagai pembuka, gue memberikan mereka contoh dengan menceritakan apa itu cita-cita gue dan bagaimana jatuh bangunnya mencapai cita-cita tadi. Dengan harapan memberikan mereka gambaran tentang apa yang akan mereka tulis kemudian dan membuat mereka lebih merasa 'bebas' dalam menuliskannya.
Bersama anak-anak kelas 6 SDN Jalan Cagak | Foto : Dhanty |
Tiba saatnya mereka membacakan hasilnya. Tanpa ditunjuk, satu siswa pun maju membacakan cita-citanya dan begitu seterusnya hingga akhir. Kebanyakan dari siswa berkeinginan menjadi pemain sepak bola, ada juga yang bercita-cita menjadi pelukis dan ahli mesin. Sedangkan, para siswi lebih banyak bercita-cita menjadi dokter dan guru. Senang rasanya bisa melihat mereka semangat memiliki cita-cita dan juga menyebutkan betapa mereka ingin membahagiakan orang tua masing-masing. Seusai membacakan cerita, gue dan Karin memberikan motivasi, yang intinya adalah mereka pasti bisa mencapainya asalkan mereka mau belajar dan tidak pernah putus asa. Namun, saat sebuah pertanyaan diajukan kepada mereka mengenai keinginan mereka untuk kuliah, mereka mendadak ragu untuk tunjuk tangan, beberapa terlihat tetap melipat kedua tangannya di meja. Sementara gue yang menyaksikannya tak kuasa menahan air mata. Entah apa yang membuat mereka ragu, yang jelas sebisa mungkin gue dan teman-teman memberikan mereka motivasi untuk melanjutkan sekolah. Bahkan di hari terakhir mengajar, gue mewakili teman-teman berbicara kepada mereka untuk terus belajar, jangan putus sekolah.
Inilah yang membuat kepulangan gue berat, sulit untuk tidak memikirkan bagaimana nasib mereka kelak, apakah mereka akan sukses, dan bayangan lainnya akan kehidupan mereka. Berakhirnya kegiatan mengajar gue di sini bukan lah sebuah akhir. Hal ini justru membuktikan masih banyaknya 'pekerjaan' yang mesti gue lakukan dalam bidang pendidikan. Tidak bisa hanya duduk manis menunggu mereka dan anak-anak lainnya sukses, gue mau ikut menuntun semuanya menuju kesuksesan.
Fanny :)
Semoga doa yang gue dan teman-teman panjatkan agar mereka sukses, dapat menjadi kenyataan. Amin.
fanny link akuu berubah. link nya ganti yaaaa
ReplyDeleteSerunya, bisa ngajar anak-anak itu fan :')
ReplyDelete