Hidup, mati, memang ga ada yang tahu. Kita boleh ketawa-ketawa di suatu waktu, tapi kemudian dibuat nangis tersedu-sedu hanya dalam hitungan detik. Senin pagi, 20 Februari yang lalu, gue masih bisa mencium tangan dan pipi Aki, kakek satu-satunya yang selama ini tinggal bersama gue. Siapa yang tahu, malamnya sekitar pukul 10.15, badannya kaku dan dingin. Tubuhnya ga bergerak sama sekali, bibirnya ga ikut berucap meski dibacakan doa oleh anak-anak dan cucunya. Malam itu, Aki menghembuskan nafas terakhir di usianya yang sangat tua, 97 tahun.
Rasanya masih ga percaya, Aki sekarang ga ada. Kangen rasanya, ga ada lagi yang akan pasang volume super keras di meja makan atau tiap pagi minum susu dan telor setengah matang. Ga ada lagi yang sibuk mendaur ulang bikin prakarya dari barang-barang bekas di rumah. Ga ada lagi wajah keriput dan wangi khas Aki yang siap menyambut cucunya yang paling terakhir ini saat mau pulang atau baru datang dari Bekasi ke Wastukencana. Aki boleh pergi, tapi kenangannya selalu membekas di hati. Take care, I know you're now with Mimi and live happily there, we miss you!
Fanny :')
No comments:
Post a Comment