1.4.12

Cita-cita, Obsesi, dan Mimpi

Teringat beberapa hari yang lalu, tepatnya Jumat (30/3) ketika gue hadir di kelas vocalizing. Di awal, semua anak dikasih satu pertanyaan, 'Apa cita-cita kalian?'. Terdengar gampang ya? Waktu kecil sekitar gue SD, ketika ditanya cita-cita gue pasti menjawab ingin jadi desainer. Tapi, seiring berjalannya waktu cita-cita gue menjadi seorang desainer menjadi semakin terkatung-katung. Kembali ke pertanyaan tadi, beberapa teman mulai menjawab pertanyaan soal cita-cita tersebut. Microphone semakin mendekat untuk meminta jawaban dari teman-temannya lainnya, termasuk gue. Gue masih terus berpikir-pikir, 'Cita-cita gue apa ya?'.

Sesampainya microphone di pertengahan, guru gue menambah pertanyaan, bukan hanya cita-cita yang harus dijawab, tapi ada satu pertanyaan lainnya, 'Apa obsesi kalian?'. Pertanyaan yang semakin membuat bertanya-tanya. Gue berpikir dalam hati, kira-kira apa ya yang selama ini gue obsesikan? Apa yang kiranya bisa membuat gue akan kecewa banget kalau seandainya ga mencapai hal tersebut?

Semakin mendekat ke arah gue, pertanyaan semakin bertambah yaitu, 'Apa mimpi kalian?'.  Siapa sangka tiga kata yang sesungguhnya suka kita gunakan sehari-hari bisa jadi sesulit ini. Dan akhirnya gue menjawab bahwa cita-cita gue adalah menjadi marketing communication manager, obsesi  menjadi desainer, dan mimpi punya fashion label sendiri. Mendengar jawaban yang keluar dari mulut gue sendiri, rasanya aneh. Pertanyaan yang muncul selanjutnya di benak gue adalah, 'Apa iya lo mau menjadi seorang marcomm manager dan terobsesi jadi desainer?'.

Gue lalu mencoba menghubungkan ketiganya dengan passion. Again, gue justru semakin bingung. Karena dulu gue pernah membuat list tentang passion dan berakhir dengan begitu banyak hal. Satu yang gue yakini bahwa passion yang gue tuliskan berarti sama dengan hal-hal yang membuat gue bahagia dan semuanya (cita-cita, obsesi, dan mimpi) harus berangkat dari kebahagiaan itu sendiri. Artinya, gue ga akan bisa punya cita-cita, obsesi, dan mimpi kalau itu tidak menyangkut tentang hal-hal yang membuat gue bahagia. 

Picture taken from (here)
Hal-hal yang membuat gue bahagia itu adalah menulis, berbicara, dan desain. Dari ketiganya gue jadi semakin melihat apa yang menjadi cita-cita, obsesi, dan mimpi gue kelak. Well, I'm not telling you here. Tapi satu hal yang pasti, cita-cita bukan hanya sekedar untuk digantung tapi diraih, obsesi bukan hanya untuk disukai tapi dinikmati, dan mimpi bukan hanya untuk menjadi bunga tidur tapi direalisasikan. 

Thank you Ricky Luven (my mentor for vocalizing) for asking us these questions, now it makes me human!

No comments:

Post a Comment